STUDIO TANGKAS - Sejumlah supermarket yang berbasis di Inggris memboikot produk air kelapa dan minyak kelapa sebagai respons kritik atas pemasok yang mempekerjakan monyet.
Menyadur BBC, Sabtu (4/7/2020), beberapa pemasok produk kelapa asal Thailand telah memaksa monyet untuk bekerja memetik kelapa dari pohon.
Organisasi hak asasi hewan PETA mengatakan monye-monyet kuncir di Thailand yang di ambil dari alam liar dijadikan "mesin pemetik kelapa" dengan dilatih untuk mengambil hingg 1000 kelapa setiap harinya.
Merespon hal ini beberapa supermarket di Inggris seperti Waitrose, Ocado, Co-op, Boots, hingga Asda telah bersumpah untuk menghentikan penjualan produk-produk kelapa dari pemasok yang mengeksploitasi para monyet.
"Sebagai bagian dari kebijakan perusahaan kami terkait kesejahteraan hewan, kami telah berkomitmen untuk tidak pernah menjual produk apa pun yang bersumber dari tenaga kerja monyet," ujar pernyataan pihak Waitrose dikutip Bolatangkas.
Senada, Co-op juga mengambil sikap tegas dengan melarang produk-produk dari pemasok yang mempekerjakan monyet, "sebagai peritel etis, kami tidak mengizinkan penggunaan tenaga kerja kera untuk memenuhi bahan baku produk kami."
Baca Juga : " Watsons Kurangi Sampah Plastik dan Dukung Penggunaan Minyak Sawit "
Tunangan Perdana Menteri Inggris Borris Johnson, Carrie Symonds yang merupakan ahli konservasi, meminta semua supermarket untuk memboikot produk kelapa yang dipetik oleh monyet.
Pihak PETA menyebut telah menemukan delapan pertanian Thailand yang menjadikan monyet sebagai tenaga pemetik kelapa, di mana produk dari kelapa tersebut kemudian diekspor ke berbagai negara.
Jika dibandingkan manusia yang memetik sekitar 80 kelapa setiap hari, PETA mengatakan monyet jantan dapat mengambil 1000 kelapa.
Organisasi ini juga menyinggung adanya "sekolah monyet", di mana hewan dilatih untuk memetik buah, naik sepeda hingga bermain basket untuk kepentingan wisata hiburan.
"Hewan-hewan di fasilitas ini, banyak dari mereka yang ditangkap secara ilegal ketika masih bayi, menujukkkan perilaku stereotip yang menunjukkan tekanan ekstrem," kata PETA.
Direktur PETA Elisa Allen mengatakan hewan-hewan yang dikenal cerdas ini tidak diberi stimulasi psikologis, persahabatan, kebebasan dan hal lain yang membuat hidup mereka layak dijalani selain mengumpulkan kelapa.
"PETA menyerukan kepada orang-orang baik untuk tidak pernah mendukung penggunaan tenaga kerja monyet dengan menghindari produk kelapa dari Thailand," tandasnya.- StudioTangkas
Menyadur BBC, Sabtu (4/7/2020), beberapa pemasok produk kelapa asal Thailand telah memaksa monyet untuk bekerja memetik kelapa dari pohon.
Organisasi hak asasi hewan PETA mengatakan monye-monyet kuncir di Thailand yang di ambil dari alam liar dijadikan "mesin pemetik kelapa" dengan dilatih untuk mengambil hingg 1000 kelapa setiap harinya.
Merespon hal ini beberapa supermarket di Inggris seperti Waitrose, Ocado, Co-op, Boots, hingga Asda telah bersumpah untuk menghentikan penjualan produk-produk kelapa dari pemasok yang mengeksploitasi para monyet.
"Sebagai bagian dari kebijakan perusahaan kami terkait kesejahteraan hewan, kami telah berkomitmen untuk tidak pernah menjual produk apa pun yang bersumber dari tenaga kerja monyet," ujar pernyataan pihak Waitrose dikutip Bolatangkas.
Senada, Co-op juga mengambil sikap tegas dengan melarang produk-produk dari pemasok yang mempekerjakan monyet, "sebagai peritel etis, kami tidak mengizinkan penggunaan tenaga kerja kera untuk memenuhi bahan baku produk kami."
Baca Juga : " Watsons Kurangi Sampah Plastik dan Dukung Penggunaan Minyak Sawit "
Tunangan Perdana Menteri Inggris Borris Johnson, Carrie Symonds yang merupakan ahli konservasi, meminta semua supermarket untuk memboikot produk kelapa yang dipetik oleh monyet.
Pihak PETA menyebut telah menemukan delapan pertanian Thailand yang menjadikan monyet sebagai tenaga pemetik kelapa, di mana produk dari kelapa tersebut kemudian diekspor ke berbagai negara.
Jika dibandingkan manusia yang memetik sekitar 80 kelapa setiap hari, PETA mengatakan monyet jantan dapat mengambil 1000 kelapa.
Organisasi ini juga menyinggung adanya "sekolah monyet", di mana hewan dilatih untuk memetik buah, naik sepeda hingga bermain basket untuk kepentingan wisata hiburan.
"Hewan-hewan di fasilitas ini, banyak dari mereka yang ditangkap secara ilegal ketika masih bayi, menujukkkan perilaku stereotip yang menunjukkan tekanan ekstrem," kata PETA.
Direktur PETA Elisa Allen mengatakan hewan-hewan yang dikenal cerdas ini tidak diberi stimulasi psikologis, persahabatan, kebebasan dan hal lain yang membuat hidup mereka layak dijalani selain mengumpulkan kelapa.
"PETA menyerukan kepada orang-orang baik untuk tidak pernah mendukung penggunaan tenaga kerja monyet dengan menghindari produk kelapa dari Thailand," tandasnya.- StudioTangkas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar